Analisis Kandungan Natrium (Na) pada Tanaman Porang (Amorphophallus Oncophyllus)
DOI:
https://doi.org/10.46368/qjpia.v3i1.1045Abstract
Abstract:Â The nutritional content contained in the porang plant, as is the case with other root crops, also contains carbohydrates, contains fat, protein, minerals, vitamins and fiber. This study aims to obtain data on the average sodium mineral content in Porang plants. The analytical method uses an atomic absorption spectrometer (AAS) in flame emission mode. Sample solutions containing sodium were stored in polyethylene bottles. Sodium has a maximum light emission at a wavelength of 589 nm, where the working procedure is that the sample is nebulized into a gas flame to allow controlled excitation to occur. The sodium resonance spectral line at 589 nm is isolated with an interference filter or with a light dispersing device such as a prism or grating. The intensity of the emitted light is measured with a photomultiplier, or photodiode. The intensity of light at 589 nm will be roughly proportional to the concentration of sodium. From the results of the analysis using the AAS method, it was found that the sodium content in the porang tuber sample was obtained from Nganjuk district, East Java, with a sodium content of 51.25 mg per 1 kg of porang tuber flour or 5.125 mg sodium per 100 g of porang tuber. This content is lower than the sodium content in corn, but higher than the sodium content in rice.
Keywords: Analysis of sodium content, porang plants
Abstrak: Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam tanaman porang, seperti halnya dengan tanaman umbi-umbian lain juga mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan serat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kandungan mineral natrium rata-rata pada tanaman porang. Metoda analisa menggunakan spektrometer serapan atom (AAS) dalam mode emisi nyala. Larutan sampel yang mengandung natrium disimpan dalam botol polietilen. Natrium memiliki cahaya emisi maksimum pada panjang gelombang 589 nm di mana prosedur kerjanya sampel dinebulisasi menjadi nyala gas agar terjadi eksitasi yang dikontrol dengan garis spektrum resonansi natrium pada 589 nm diisolasi dengan filter interferensi atau dengan perangkat pendispersi cahaya seperti prisma atau kisi-kisi. Intensitas cahaya emisi diukur dengan photomultiplier, atau photodiode. Intensitas cahaya pada 589 nm kira-kira akan sebanding dengan konsentrasi Natrium. Dari hasil analisis melalui metoda AAS diperoleh kandungan Natrium dalam sampel umbi porang yang diperoleh dari kabupaten Nganjuk Jawa timur dengan kandungan natrium sebesar 51,25 mg per 1 kg tepung umbi porang atau 5,125 mg natrium per 100g umbi porang. Kandungan ini lebih rendah dibanding kadar Natrium di dalam jagung, tetapi lebih tinggi dari pada kandungan natrium dalam beras.
Kata-kata kunci: Analisis kandungan natrium, tanaman porang
References
Burriel-Marti, F. & Ramirez-Munoz, J. (1957). Flame Photometry: A Manual of Methods and Applications. D. Van Nostrand Co., Princeton, N.J.
Bressani, R. (1990). Chemistry. Technology and nutritive value of maize tortillas. Food Rev. Int, 6, 225-264.
Dwiyono, I., & Winardi, S. (2014). Kompilkasi Metode Water Saturation dalam Evaluasi Formasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Gao & Nishinari. (2004). Effect of vegree of acetylation on gelation of konjac glucomannan. Biomacromolecules, 5(1), 175-85.
Healthline. (2018). How Much Sodium Should You Have per Day? Retrieved from https://www.healthline.com/nutrition/sodium-per-day.
Kementrian Pertanian. (2013). Retrieved from https://www.pertanian.go.id /home /?show=news&act=view&id= 4599.
Koswara, S. (2013). Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 1: Pengolahan Umbi Talas. Retrieved from seafast.ipb.ac.id/tpcproject/wp-content/uploads/2013/10/1-pengolahan-talas.pdf.
Smeltzer, S. C., & Brenda, G. B. (2006). Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Wahjuningsih, S.B., & Kunarto, B. (2011). Pengaruh blanching dan ukuran partikel (mesh) terhadap kadar glukomanan, kalsium oksalat dan serat makan tepung umbi porang (amorphophallus onchophyllus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 9(2), 117–123.
Svehla, G. (1979). Vogel’s Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Fifth Edition. New York: Longman Inc.
Widjanarko, S. B., & Suwasito, T. S. (2014). Pengaruh lama penggilingan dengan metode ball mill terhadap rendemen dan kemampuan hidrasi tepung porang (amorphophallus muelleri blume)[in press januari 2014]. Jurnal pangan dan Agroindustri, 2(1), 79-85.
Thompson, K.C. & Reynolds, R.J. (1978). Atomic Absorption, Fluorescence, and Flame Spectroscopy—A Practical Approach, 2nd ed. New York: John Wiley & Sons.
Underwood, A. L., & Day, R. A. Jr. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Widjanarko, S.B., Faridah, A., & Sutrisno, A. (2011a). Effect of multi level ethanol leaching on physico-chemical propertiesof konjac flour (amorphophallus oncophyllus). Technical paper presented at the 12th ASEAN Food Conference, BITEC Bangna, Bangkok, Thailand. 16 -18.
Widjanarko S.B., Aji S., & Anni S. (2011b). Efek hidrogen peroksida terhadap sifat fisiko-kimia tepung porang (amorphophallus oncophyllus) dengan metode maserasi dan ultrasonik. Jurnal Teknologi Pertanian, 12,143 – 152.
Willard, H.H., L.L. Merrit, Jr., J.A. Dean & F.A. Settle, Jr. (1981). Instrumental Methods of Analysis, 6th ed. Belmont, Calif: Wadsworth Publishing Co.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Penulis yang menerbitkan jurnal ini menyetujui persyaratan berikut:
Penulis memiliki hak cipta dan memberikan hak jurnal untuk publikasi pertama dengan karya yang secara simultan dilisensikan di bawah Lisensi Atribusi Creative Commons yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan kepengarangan karya dan publikasi awal dalam jurnal ini.
Penulis dapat membuat perjanjian kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif versi jurnal yang diterbitkan dari karya tersebut (misalnya, mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya di jurnal ini.
Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting pekerjaan mereka secara online (mis., Dalam repositori institusional atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses pengiriman, karena dapat menyebabkan pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih besar dari karya yang diterbitkan.